Pagar Bambu yang Menginspirasi
![]() |
| Sebuah Kisah dari Halaman Belakang Sekolah Kami |
“Di balik pagar bambu sederhana ini, tersimpan kisah kebersamaan, tawa anak-anak, dan mimpi kecil yang perlahan menjadi kenyataan di SDN Pakandangan Barat II.
Pemandangan seperti digambar inilah yang selalu membuat hati saya sebagai kepala SDN Pakandangan Barat II bergetar. Bukan hanya karena halaman belakang sekolah kini sudah berpagar dan bebas dari tumpukan sampah, tetapi lebih dari itu, karena kebersamaan, semangat, dan kolaborasi yang terjalin dalam prosesnya. Inilah cerita pertama yang begitu berkesan bagi kami.
Sekilas, pagar bambu mungkin terlihat sederhana. Halaman sekolah kami pun tidaklah luas. Namun, di balik pagar sederhana itu tersimpan perjuangan panjang. Sekolah kami berada dekat area pemakaman dan kebun yang tak terawat. Ironisnya, justru di sanalah anak-anak bermain dengan gembira: memanjat pohon, bermain petak umpet, menabur daun dan ranting pada temannya, hingga berlari menembus semak berduri. Namun, keceriaan itu sering dibayar mahal dengan gatal di kulit, goresan ranting, bahkan kepala yang terkena pukulan kayu dari teman-temannya. Lebih menyedihkan lagi, telinga dan hati kami harus menahan pedih saat mendengar komentar orang luar:
“Jangan sekolah di sana, dekat kuburan dan hutan…”
Berangkat dari kondisi itulah, kami bermimpi untuk memagari halaman belakang. Mimpi yang tampak sederhana, tetapi selalu terhalang oleh keterbatasan. Hingga akhirnya, Allah menunjukkan jalan-Nya.
Tahun 2025, Jambore Kwartir Ranting Bluto bukan hanya memberikan pengalaman berkemah bagi andika pramuka kami, tetapi juga menjadi titik awal terwujudnya pagar bambu impian. Saat kepulangan kami tertunda karena kendaraan belum tiba, Allah memberi kejutan: kami bisa meminta izin mengambil bambu bekas kegiatan kemah yang ditinggalkan di lapangan. Rasanya geli, malu, sekaligus bahagia—karena siapa sangka, justru dari momen itu lahirlah bahan untuk pagar sekolah kami.
Namun bahan saja tidak cukup. Demi menghemat biaya, kami bergotong royong membangunnya sendiri. Tak perlu ahli pertukangan, yang penting ada semangat. Pak Guru yang biasanya memagang pensil, Mouse laptop, hingga komite sekolah ikut turun tangan memegang palu dan paku. Semua bergabung, bukan hanya demi pagar, tapi demi kebersamaan dan pahala yang semoga diridai Allah.
Akhirnya, halaman belakang kami bukan hanya bersih dari gundukan sampah yang mengganggu pemandangan, tetapi juga menjadi tempat yang lebih aman dan menyenangkan bagi anak-anak untuk bermain, atau sekadar berkumpul menghabiskan waktu istirahat dengan bercerita dan membaca buku.”
Dari kisah ini, kami belajar banyak hal penting. Pertama, bagaimanapun kondisi kita hari ini, jangan takut bermimpi. Insya Allah, Allah akan menuntun kita pada impian itu dengan cara-Nya yang indah. Tapi ingat, jangan membebani orang lain dengan mimpi kita. Cukup jadikan Allah tempat bersandar. Biar Dia yang mengutus cara, jalan, dan orang-orang terbaik untuk membantu kita mewujudkannya. Kedua, banyak hal bisa terealisasi dengan komunikasi dan kolaborasi. Sofhia

Posting Komentar untuk "Pagar Bambu yang Menginspirasi"
Posting Komentar